HALAMAN

Minggu, 26 November 2017

Perlakuan Pasca Panen Tanamn Padi


Tanaman Padi merupakan komoditas yang paling penting dan strategis karena sebagai bahan pokok bagi hampir untuk seluruh penduduk indonesia. Sebagai bahan pokok, produksi padi sangat perlu untuk di amankan melalui penanganan pasca panen yang baik dan benar, tentunya hal tersebut dilakukan agar dapat menekan kehilangan/susut hasil dan mempertahankan mutu/kualitas gabah dan beras. Adapun beberapa tahapan dalam penanganan pasca panen tanaman padi meliputi beberapa tahap kegiatan yaitu:

1. Penentuan Saat Panen
Salah dalam menentukan waktu untukt panen dapat mengakibatkan susutnya hasil yang tinggi, dan juga mutu beras akan semakin rendah. Penentuan saat panen harus dilakukan berdasakan pengamatan visual dan pengamatan teoritis Pengamatan Visual dilakukan dengan cara melihat tampilan fisik tanaman padi pada hamparan lahan sawah , Umur panen tanaman padi yang optimal adalah 90 sampai 95 % butir gabah pada malai padi berwarna kuning keemasan. Pengamatan Teoritis dilakukan dengan melihat deskripsi varietas padi dan mengukur kadar air dengan moisture tester. Berdasarkan kadar air, umur panen tanaman padi yang optimum setelah kadar air mencapai 22 sampai 23 % pada musim kemarau, dan 24 sampai 26 % pada musim penghujan.

2. Pemanenan Padi
Pemanenan tanaman padi yang keliru dan kurang tepat dapat mengakibatkan susut hasil yang tinggi dan mutu gabah atau beras yang rendah. Alat dan mesin pemanenan yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis, ekonomis dan sosial, selain itu alat dan mesin pemanenan harus sesuai dengan jenis Varietas padi yang akan di panen. Alat mesin panen yang sering di gunakan sebagai berikut:
• Sabit bergerigi
• Paddy Mower
• Reaper
• Paddy Combine Harvester (dll).

Sistem panen padi dilakukan dengan sistem beregu atau kelompok, panen dan perontokan dilakukan oleh kelompok panen, jumlah pemanen antara 5 sampai 7 orang yang dilengkapi dengan 1 unit pedal tresher atau 15 sampai 20 orang yang dilengkapi unit power tresher. Penumpukan dan pengumpulan hasil panen harus dilakukan dengan cara yang baik, penggunaan alas pada saat penumpukan dan pengumpulan hasil panen dapat menekan kehilanggan hasil sebesar 0,65 sampai 0,69 %.



3. Perontokan padi
Saat melakukan perontokan tanaman padi dalam penanganan pasca panen tanaman padi, kehilangan hasil akibat ketidak tepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih dari 5 %. Alat dan mesin perontokan padi telah mengalami perkembangan dari gebotan atau menjadi pedal thresher bermotor atau power Thresher. Adapun beberapa alat dan mesin yang biasa di gunakan pada penanganan pasca panen tanaman padi sebagai berikut :
• Gebotan
• Pedal Thresher Manual
• Pedal Thresher Bermotor
• Power Threser
• Pengangkutan Gabah.

Pengankutan gabah yang sudah dimasukan kedalam karung dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti, pengankutan menggunakan sepeda motor, alat angkut roda tiga, mobil pick up maupun sarana angkutan lainnya.

4. Pengeringan Gabah
Bulir tanaman padi yang sudah dipanen harus dikeringkan. Proses Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air dalam gabah sampai mencapai batas tertentu sehingga gabah siap untuk diolah atau digiling sehingga aman untuk disimpan dalam waktu yang lama. susut hasil yang diakibatkan ketidak tepatan proses pengeringan dapat mencapai 2,0 %.

Adapun Pengeringan Gabah dapat dilakukan dengan dua cara diantaranya : Penjemuran, Penjemuran merupakan proses pengeringan gabah dengan memanfaatkan panas sinar matahari. sarana yang biasa digunakan dalam proses penjemuran seperti lantai jemur dari semen atau menggunakan alas dari terpal atau plastik. Selain itu juga bisa dilakukan dengan menggunakan Pengering Buatan adapun alat yang biasa digunakan dalam pegeringan buatan antara lain:
• Flat Bed Dryer ( Pengering tipe datar)
• Bed Dryer Automixing ( Pengering tipe datar dengan pengaduk Otomatis)
• Vertical Dryer.

5. Pengemasan dan Penyimpanan Gabah
Kita butuh mengemas gabah hasil panen tanaman padi dengan baik selain dikemas dengan kemasan curah kita juga membutuhkan kemasan karung yang memenuhi standar. kemudian setelah itu lakukan penyimpanan sebagai tindakan untuk mempertahankan gabah agar tetap dalam keadaan baik dalam jangka waktu tertentu. akibat yang di timbulkan dari kesalahan dalam melakukan penyimpanan gabah diantaranya, terjadinya respirasi, tumbuhnya jamur, serangga-serangga, binatang pengerat dan kutu beras yang dapat menurunkan mutu gabah. adapun cara penyimpanan gabah yang dapat dilakukan antara lain : Sistem Curah, yaitu gabah yang sudah kering dicurahkan pada suatu tempat yang dianggap aman dari gangguan hama maupun cuaca. Cara penyimpanan mengunakan kemasan, atau wadah seperti karung plastik, karung goni dan penyimpanan.

6. Penggilingan Gabah
Setelah itu gabah akan melalui proses penggilingan. Penggilingan merupakan proses untuk mengubah gabah menjadi beras, proses penggilingan gabah meliputi pengupasan sekam, pemisahan gabah, penyosohan, pengemasan dan penyimpanan.

7. Pengemasan dan Penyimpanan Beras
Beras hasil penggiliingan sebaiknya tidak langsung dikemas tunggu sampai sisa panas akibat penggilingan menghilang. Jenis kemasan disarankan memperhatikan beras isi kemasan. Faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis kemasan adalah kekuatan kemasan, dan bahan kemasan (tidak korosif, tidak mencemari, kedap udara) Label kemasan beras hendaknya mencantumkan nama Varietas agar konsumen atau pembeli paham dan mengetahui kwalitas beras yang kita jual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar